I. Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan tanaman pangan kedua utama setelah padi yang banyak diperlukan sebagai bahan makanan, pakan ternak dan sebagai bahan baku industri. Sebagai akibat meningkatnya perekonomian Indonesia, pola konsumsi penduduk ikut berubah. Permintaan daging terutama yang berasal dari unggas dan telur setiap tahun terus meningkat. Dalam rangka untuk memenuhi permintaan ini, pemerintah memacu perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia. Karena komposisi jagung dalam pakan ternak sebesar 51% maka kebutuhan jagung setiap tahun terus meningkat.
II. Budidaya Jagung Hibrida
1. Benih
Benih yang digunakan adalah benih hibrida bermutu
a. Standar mutu benih jagung hibrida komersial berdasarkan pengamatan laboratorium sebagai berikut :
- Kadar air maksimum 12%
- Benih murni 98%
- Kotoran benih maksimum 2%
- Benih varietas lain 0,2%
- Daya tumbuh 90%
b. Ciri-ciri benih bermutu adalah tidak keriput, bebas dari luka/bebas gigitan hama pengganggu, sehat, tidak terinfeksi cendawan/bakteri.
c. Kebutuhan benih jagung hibrida untuk pertanaman 1 ha antara 15-20 kg tergantung varietasnya. Varietas jagung hibrida dengan beberapa sifat pentingnya terdapat pada lampiran. Setiap kali tanam harus memakai benih jagung hibrida baru.
2. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah sempurna dilahan dilakukan dengan traktor atau sapi. Traktor dengan singkal digunakan bila ketebalan lapisan efektif > 20 cm, sedangkan penggunaan rotery bila ketebalan lapisan efektif < 20 cm.
Pengolahan tanah untuk pertanaman kedua disamping olah tanah sempurna pada tanah berstruktur berat dapat dilakukan olah tanah ringan dilahan kering maupun dilahan sawah dan Tanpa Olah Tanah (TOT) pada tanah bertekstur ringan. Tanah lahan kering yang tumbuh alang-alang dilakukan tanpa olah tanah dengan menggunakan herbisida. Agar drainase baik perlu dibuat parit sekeliling lahan dan beberapa lajur pada tengah lahan pada lahan kering maupun lahan sawah.
3. Penanaman
a. Waktu Tanam
* Pada lahan kering dilakukan pada MH-1, MH-2 dan MK-1
* Pada lahan sawah irigasi yaitu pada MK-1 dan MK-2 bila air yang tersedia hanya mencukupi untuk pertanaman jagung.
* Pada lahan tadah hujan jagung dapat ditanam pada MH-2, MK-1 bila memakai mulsa.
b. Populasi Tanaman
Jumlah tanaman per ha 60.000-65.000 dengan jarak tanam : 75X(20-25cm) atau 80X(10-20cm) dengan 1 biji/lubang.
c. Cara Tanam
* Benih yang akan ditanam diberikan perlakuan dengan Rhidomil 35 SD 5 gr/kg benih.
* Benih ditugalkan sesuai dengan jarak tanam. Dalam tugal 3 cm setelah tanam lubang tugal ditutup.
* Khusus untuk penanaman dilahan sawah yang tanpa olah tanah, tanam dengan cara dikowak setelah itu benih ditanam kemudian ditutup.
* Barisan tanaman arah barat timur sedangkan untuk lahan miring arah barisan memotong lereng.
* Penyulaman dilakukan paling lambat 1 minggu setelah tanam.
4. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk menambah hara yang dibutuhkan tanaman karena hara yang tersedia didalam tanah tidak mencukupi. Adapun jenis dan waktu pemupukan seperti tercantum dalam daftar dibawah ini :
Jenis Pupuk | Sebelum Tanam | 25 HST | 45 HST |
Urea | 1/3 | 1/3 | 1/3 |
TSP/SP-36 | Semua | - | - |
KCl | 1/2 | 1/2 | - |
ZA | 1/2 | 1/2 | - |
Disamping penggunaan pupuk kimia dianjurkan menggunakan bahan organik sebanyak 4-5 ton/ha atau mengembalikan sisa tanaman pada lahan pertanaman jagung.
5. Cara pemupukan
* Bahan organik atau sisa tanaman diberikan sebelum tanam bersamaan pengolahan tanah akhir dengan merata.
* Pupuk dasar (sebelum/saat tanam) ditugalkan sejauh 7 cm dari lubang benih dengan kedalaman 10 cm, untuk pupuk 1/3 Urea + TSP/SP-36 + ½ KCl kemudian lubang ditutup.
* Pupuk susulan I 25 HST ditugalkan sejauh 7 cm dari batang tanaman sedalam 10 cm dan lubang pupuk ditutup.
* Pupuk susulan II, 1/3 dosis Urea ditugalkan sejauh 15 cm dari batang.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman.
Pengendalian dimaksud untuk sanitasi, menghilangkan tumbuhan inang hama dan mengurangi persaingan untuk memperoleh hara, air dan sinar matahari antara jagung dan gulma. Penyiangan dilakukan 3 minggu setelah tanam dan 45 hari setelah tanam. Disamping penyiangan dilakukan pembumbunan bersamaan pemupukan susulan I untuk memperkuat tegakan jagung, drainase dan konservasi tanah dan air. Hama penting adalah lalat bibit, penggerek tongkol, penggerek batang, ulat grayak dan wereng jagung, cara pengendalian dilakukan pengendalian secara terpadu.
Sebelum terjadi serangan hama dan penyakit tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan antara lain : penggunaan varietas benih yang tanah, pencegahan dengan memberikan desinfektan pada biji yang akan ditanam. Langkah-langkah pengendalian dengan cara manual atau cara mekanik apabila tingkat serangan masih ditoleransi antara lain, dengan membunuh hama atau memusnahkan hama yang ada pada areal pertanaman, membiarkan musuh alami untuk tetap hidup, melakukan isolasi tanaman dengan cara membakar tanaman yang terserang atau membenamkan kedalam tanah. Penggunaan pastisida dan obat-obatan sesuai dengan anjuran adalah merupakan langkah terakhir.
7. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan bila sudah mencapai masak fisiologis yang ditandai dengan kerasnya biji bila ditekan dengan kuku dan tidak meninggalkan bekas. Jagung dilepaskan dari kelobotnya kemudian dijemur sampai kadar air mencapai 25%, selanjutnya tongkol yang telah dikupas dirontok. Jagung pipilan ini selanjtnya segera dikeringkan sampai mencapai kadar air 13-14%. Bila jagung pipilan basah tidak segera dijemur dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan racun Aflotoxin yang berbahaya bagi ternak maupun manusia. Untuk mempercepat perontokan sebaiknya digunakan alat perontok mesin.
Lampiran. Varietas Unggul Jagung Hibrida dengan beberapa sifat pentingnya.
No | Varietas | Produksi (ton) | Umur (hari) | Ketahanan thd Hama | Ketahanan thd Penyakit | Anjuran Tanam | Tongkol |
1 | Hibrida C1 | 5,8 | 95-100 | - | Tahan bulai | DTR<500m | Terbuka |
2 | Pioner 1 | 5,6 | 100 | - | Tahan karat dan bulai | DTR<500m | Tertutup |
3 | CPI-1 | 6,2 | 97 | - | Tahan bulai | DTR<500M | Terbuka sebagian |
4 | CPI-2 | 8,9 | 97 | - | Tahan bulai dan karat daun | DTR & DTR s/d 1000m | Terbuka sebagian |
5 | Pioner 2 | 6,3 | 100 | - | tahan karat, bulai dan penyakit daun | DTR s/d 100m | Tertutup |
6 | Pioner 4 | 6,9 | 98 | - | Tahan karat, bulai dan penyakit daun | DTR s/d 750m | Tertutup |
7 | Hibrida C2 | 8,1 | 92 | - | Tahan busuk batang | DTR | Terbuka |
8 | Hibrida C3 | 8,2 | 95 | - | Tahan karat | DTR | Terbuka |
9 | Pioner 5 | - | 96 | - | Toleran karat dan bulai | DTR | Tertutup |
10 | Bisi-1 | 8,3 | 92 | - | Toleran karat daun | DTR s/d 600m | Tertutup |
11 | Bisi-2 | 8,9 | 103 | - | Toleran karat dan bulai | DTR s/d 1000m | Tertutup |
Keterangan : Untuk varietas yang tongkolnya terbuka (klobot tidak menutup tongkol dengan baik)
1 komentar:
mg semakin sukses..
Posting Komentar